MBA FEB UGM kini memiliki Kantin Kejujuran yang terletak di Student Lounge, sebuah program inovatif yang diinisiasi oleh Sony Wijaya, mahasiswa konsentrasi Enterpreneur angkatan MBA 83. Kantin ini hadir sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai integritas dan kepercayaan di lingkungan kampus.
Kantin Kejujuran adalah konsep yang memungkinkan pengunjung untuk membeli makanan dan minuman tanpa pengawasan langsung. Pengunjung cukup mengambil barang yang diinginkan dan membayar sesuai harga yang tertera. Dengan mengandalkan kejujuran, program ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran etika praktis di kehidupan sehari-hari.
Sony Wijaya menjelaskan bahwa ide ini muncul dari masukan mahasiswa yang membutuhkan wadah dalam melakukan praktik bisnis, khususnya dalam sektor makanan dan minuman. Konsep kantin kejujuran ini dirancang sebagai laboratorium bisnis untuk melatih jiwa kewirausahaan mahasiswa dengan menyaring produk hasil bisnis teman-teman mereka. “Kantin ini bukan sekadar tempat membeli makanan, tapi juga laboratorium etika. Saya ingin mahasiswa MBA FEB UGM tak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat,” ungkapnya.
Meski baru diluncurkan, Kantin Kejujuran menghadapi beberapa tantangan, seperti kurangnya benchmarking, membuat sistem yang efisien, dan membagi tugas untuk mengelola produk, khususnya makanan yang cepat basi. Sony mengungkapkan bahwa saat ini proses masih dilakukan secara manual, termasuk pencatatan, sehingga diperlukan pengembangan seperti mesin kasir untuk mempermudah pengelolaan.
Kantin ini menyediakan berbagai pilihan makanan ringan, minuman, dan kebutuhan harian lainnya dengan harga yang terjangkau. Tanggapan awal dari mahasiswa dan staf sangat positif. “Saat baru dibuka, banyak yang antusias membeli, terutama minuman. Banyak juga permintaan produk makanan,” jelas Sony. Mahasiswa dan staf juga menunjukkan minat untuk berkontribusi dalam menjual produk mereka.
Untuk memastikan keberlanjutan kantin, diterapkan mekanisme konsinyasi dengan pembagian hasil. Dana tersebut digunakan untuk mensubsidi jika terjadi kekurangan uang di kantin, sehingga pihak yang menjual tetap mendapatkan haknya. Selain itu, Sony berharap mahasiswa dan staf mendukung dengan menjaga integritas saat bertransaksi dan melaporkan hal-hal yang kurang baik untuk diperbaiki bersama.
Kantin Kejujuran juga membuka peluang bagi mahasiswa MBA FEB UGM untuk menitipkan produk mereka. Pendaftaran dilakukan melalui MBA Student Assosiation (MBASA), produk yang diterima harus memenuhi kriteria seperti orisinalitas, mencantumkan bahan-bahan yang digunakan, dan lolos uji coba oleh tim penjualan. Dengan ini, mahasiswa dapat belajar praktik kewirausahaan di lingkup kampus.
Program ini diharapkan dapat berkontribusi pada pembentukan karakter mahasiswa MBA FEB UGM. Sony menekankan bahwa inisiatif ini membantu mahasiswa mengaplikasikan teori bisnis ke praktik lapangan, sekaligus mengasah etika dan kejujuran. “Saya sebagai koordinator merasa senang bisa memberikan dampak positif melalui program ini,” ujarnya.
Ke depannya, Sony berencana untuk mengembangkan Kantin Kejujuran dengan menambahkan sistem kasir berbasis aplikasi serta memperbanyak variasi produk yang dijual. Meskipun saat ini masih berfokus di MBA FEB UGM, ia berharap inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi tempat lain untuk mengembangkan program serupa.
Wakil Direktur MBA FEB UGM, Rocky Adiguna, Ph.D., menyatakan dukungannya terhadap program ini. “Konsep Kantin Kejujuran bukanlah hal yang baru. Namun demikian, terkadang solusi paling sederhana atas sebuah keterbatasan adalah dengan mengubah asumsi dasar kita atas sesuatu. Dengan segala kesibukan dan keterbatasan mahasiswa, Kantin Kejujuran menjadi ajang eksperimen mereka dalam bisnis.” ujarnya.
Kantin Kejujuran di Student Lounge MBA FEB UGM adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai integritas dapat diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Semoga inisiatif ini menjadi langkah awal menuju perubahan positif yang lebih besar.
Reporter: Danis, Rossa, Aldanu
Editor: Nur Fuadi