
Mata kuliah Operations and Technology Management yang diampu oleh Bapak Prof. Ir. Adi Djoko Guritno, MSIE, Ph., melakukan kunjungan industri ke dua perusahaan agribisnis terkemuka di Jawa Tengah yaitu, PT Restu Agropro Jayamas (PT RAJA) dan PT Sinergi Ketahanan Pangan (Chickin Indonesia). Kali ini kunjungan industri bersama mahasiswa program Senior Executive MBA (SEMBA) 43 Yogyakarta Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) pada Sabtu, 24 Mei 2025.
Kunjungan pertama ke PT RAJA di Klaten, sebuah perusahaan yang berfokus pada produksi benih jagung hibrida berkualitas tinggi. Perusahaan ini berdiri pada 31 Januari 2019 sebagai anak perusahaan dari CV Restu Sejati, PT RAJA memiliki sejarah panjang dalam kemitraan pertanian, termasuk sebagai pemasok tembakau dan cengkeh ke perusahaan multinasional sejak 1951. Direktur Operasional PT RAJA, Bapak Hartanto, menyambut mahasiswa MBA FEB UGM dan memaparkan visi perusahaan untuk mendukung ketahanan pangan nasional melalui inovasi benih unggul. “Kami percaya, masa depan petani jagung dimulai dari benih terbaik,” ujarnya.
Perusahaan ini telah mengembangkan lebih dari 1.000 varietas jagung hibrida per tahun dan memiliki pabrik baru di Kediri yang meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat. Produk-produk unggulan mereka, seperti R7 Gold, R7 Red, dan R7 Ultimate, dirancang untuk memberikan hasil panen maksimal dengan ketahanan terhadap penyakit serta adaptasi terhadap berbagai jenis lahan. Saat ini, PT RAJA telah mencapai kapasitas produksi hingga 5.000 hektar dan output benih sebanyak 10.000 ton per tahun.
Mahasiswa MBA FEB UGM mendapatkan pemahaman mendalam tentang strategi dan transformasi yang dijalankan perusahaan dalam lima tahun terakhir. Secara operasional, PT RAJA mengalami tantangan besar pada periode 2019–2022, terutama dalam hal keterbatasan kapasitas pengolahan lahan. Lebih dari separuh plant masih menggunakan fasilitas sewa di luar, dan pada tahun 2023, sebanyak 69% produksi masih dilakukan melalui mekanisme tolling. Namun, upaya akselerasi berhasil menurunkan ketergantungan terhadap fasilitas eksternal menjadi hanya 22% pada tahun 2024, dengan target eliminasi total tolling pada 2025.
Transformasi ini didukung oleh pembangunan dan pembaruan fasilitas plant Kediri yang kini mampu meningkatkan kapasitas dari 19 ton menjadi 500 ton per minggu. Teknologi Industry 4.0 seperti PLC (Programmable Logic Controller) dan DCS (Distributed Control System) digunakan secara selektif, dengan tetap mengutamakan peran manusia dalam mengontrol keselamatan dan kualitas, terutama pada proses pengeringan yang memiliki risiko tinggi.
PT RAJA juga memiliki sistem laboratorium fisik dan biotek yang ketat untuk memastikan kualitas benih, termasuk pengujian kadar air (<11%), daya tumbuh minimal 85%, dan uji kemurnian genetik. Proses traceability diperkuat melalui label biru pemerintah yang dilengkapi kode QR untuk akses informasi secara daring.
Model bisnis PT RAJA berbasis kemitraan dengan petani. Perusahaan menyediakan benih, mendampingi fase tanam hingga panen (110 hari), serta melakukan kontrol kualitas pada level petani. Pendekatan R&D juga dijalankan secara menyeluruh dari generasi 0 hingga benih komersial, termasuk proses seleksi dan pemurnian di lapangan.
Pada strategi pemasaran dan forecasting, PT RAJA membagi pasarnya ke dalam empat segmen: konvensional, private label (B2B), kolaborasi perkebunan, dan proyek pemerintah sebagai buffer. Perusahaan tidak melakukan over-supply dan justru mengelola permintaan dengan pendekatan konservatif dan berkelanjutan. Setelah sesi diskusi dan observasi lapangan di PT RAJA, peserta melanjutkan perjalanan ke Solo untuk mengunjungi perusahaan kedua, Chickin Indonesia.
Sesi pemaparan dari CEO & Founder Bapak Ashab Al Kahfi Ananda Putra menjelaskan bahwa konsumsi protein di Indonesia masih sangat rendah, hanya sekitar 3 kg per kapita per tahun. Salah satu penyebabnya adalah panjangnya rantai distribusi. “Harga ayam dari peternak hanya sekitar Rp10.000/kg, tapi sampai di tangan konsumen bisa menyentuh Rp30.000/kg. Inilah ketimpangan yang ingin kami pecahkan,” ujarnya.
Chickin Indonesia, didirikan pada tahun 2020, merupakan perusahaan agritech yang menyediakan solusi terintegrasi bagi peternak ayam broiler. Melalui platform Chickin Smart Farm, perusahaan ini menawarkan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu peternak mengelola kandang secara efisien, termasuk pengendalian suhu, kelembaban, sirkulasi udara, dan pemantauan kondisi ternak secara real-time.
Chickin juga mengembangkan ci-Touch dan Chickin Apps, platform berbasis cloud dan offline yang mendukung pemantauan 24 jam terhadap performa kandang. Sistem ini mampu menurunkan angka kematian ayam hingga 50% dan meningkatkan efisiensi biaya sampai 15%. Chickin tidak memberikan dana langsung, melainkan mendistribusikan bibit dan pakan dengan sistem pembiayaan terintegrasi berbasis credit scoring peternak.
Dosen pengampu mata kuliah, Bapak Adi Djoko, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya kegiatan ini dalam proses pembelajaran. “Teori dan praktik adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Melalui kunjungan industri ini, saya berharap mahasiswa dapat belajar langsung dari lapangan, melihat dinamika industri secara nyata, dan memanfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam pemahaman mereka,” ujarnya.
Salah satu peserta, Laurentius Damar P., turut membagikan kesannya terhadap kegiatan ini. “Kunjungan industri ini menggeser paradigma Operations Management yang dulunya teoritikal dan banyak rumus, menjadi sebuah aksi nyata untuk melakukan operasi yang lean dan streamline dari ujung ke ujung. Kedua perusahaan ini, baik PT Agropro Restu Jayamas maupun PT Chickin Indonesia, cukup memberikan ilustrasi konkret mengenai hilirisasi dalam agroindustri, baik peternakan maupun pertanian hingga ke end products,” ungkapnya.
Kegiatan kunjungan industri ini tidak hanya memperluas wawasan mahasiswa tentang operasional dan inovasi teknologi di sektor agribisnis, tetapi juga memberikan inspirasi nyata mengenai pentingnya efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan dalam membangun ketahanan pangan nasional.
Reporter: Aldanu Hutasoit
Editor: Ayu Aprilia